Bertemu Nabi Khidir Di kediaman Mbah Kyai Hamid Pasuruan, apakah termasuk
Wali Allah?
KH.
M. Yunus Tulungagung
Mbah KH. M. Yunus Tulungagung
pernah bercerita :
Suatu
ketika Mbah Kyai Hamid Pasuruan
berkata bahwa Nabi Khidir
akan datang di
kediaman beliau besok pagi hingga
waktu dzuhur. Pada
saat itu kebetulan Mbah Yunus sedang
berada disitu. Keesokan harinya
orang-orang pada datang
kesitu ingin bertemu
Nabi Khidir, bahkan menurut
Mbah Yunus ada beberapa Habib dengan
berpakaian jubah lengkap dengan
surbannya juga hadir
disitu ingin bertemu
Nabi Khidir.
Ketika
orang-orang berkumpul disitu,
tiba-tiba Mbah Yunus dipanggil
oleh Mbah Kyai Hamid dan
diminta agar mendekat
beliau, beberapa saat
setelah itu datanglah
seorang pemuda dengan berpakaian
nyentrik yang sedang ngetren saat itu. Orang-orang yang hadir
disitu tidak memperdulikan
pemuda tersebut, karena
semua tamu yang
hadir berpakaian ala
islami.
Ketika
bertemu Mbah Kyai
Hamid, pemuda itu
langsung bersalaman dengan
Mbah Kyai Hamid
dan ingin mencium
tangannya, namun Mbah
Kyai Hamid menolak
untuk dicium tangannya
dan justru Mbah
Kyai Hamid ingin
mencium tangan pemuda
itu, tapi ditolak juga oleh pemuda
itu, kejadian itu terjadi
didepan Mbah Yunus.
Dalam benak Mbah Yunus terbesit bahwa Mbah Yunus
sering bertemu dengan
orang yang bermodel wajah seperti
ini
namun usianya sudah tua.
Setelah
itu Mbah Yunus
diberitahu oleh Mbah
Kyai Hamid bahwa
orang inilah yang bernama Nabi
Khidir. Mbah Yunus
baru mengetahui bahwa
orang yang sudah
tua yang sering
menemuinya sejak kecil
itu adalah Nabi
Khidir.
Kemudian
pemuda itu berganti
pakaian dengan pakaian
yang sudah kotor,
selanjutnya membersihkan selokan
disekitar kediaman Mbah
Kyai Hamid sampai
waktu dzuhur.
Seusai shalat dzuhur,
salah seorang yang hadir
disitu bertanya kepada Mbah
Kyai Hamid kapan
Nabi Khidir akan datang.
Dan
Mbah Kyai Hamid
menjawab bahwa orang yang membersihkan selokan
tadi adalah Nabi Khidir.
Jadi
yang mengetahui tentang kehadiran Nabi Khidir saat
itu adalah Mbah
Yunus dan Mbah
Kyai Hamid sendiri, yang lain
hanya melihat namun tidak
mengerti kalau pemuda itu ternyata Nabi Khidir.
Tentang Mbah Yunus :
Mbah
KH. M. Yunus adalah sosok
yang kurang dikenal
dikalangan ulama di Tulungagung, apalagi ditingkat
nasional.
Beliau termasuk golongan waliyullah atau bukan, wallahu
a’lam.
Beliau lebih suka menutup diri, tekun beribadah, sering mendo’akan orang dalam
hal kebaikan, sangat berbakti kepada
orang tuanya ketika masih hidup.
Mbah
Yunus lahir dan
dibesarkan di desa Majan
Tulungagung dari keluarga
biasa. Ayahnya bernama Mbah Munajam
seorang guru ngaji, ibunya
bernama Mbah Raulah.
Disaat kelahiran beliau, Mbah KH. R. Abdul Fatah Mangunsari datang dan
melihat telapak tangan si
jabang bayi, beliau sangat terkejut karena garis telapak tangannya berbentuk
lurus dari pangkal telapak menuju jari tengah.
Dimasa kecil sampai dewasa, kehidupan Mbah
Yunus penuh dengan misteri, bapaknya sendiri tidak tahu dia berguru kepada
siapa, tidak pernah mengenyam pendidikan di pesantren, namun penguasaan ilmu
agama luar biasa.
Ketika
masih muda kebiasaan
beliau sangat aneh,
diantaranya gemar silaturrohmi
ke pondok-pondok pesantren,
silaturrohmi kerumah Kyai-kyai.
Yang beliau kerjakan
terlebih dahulu menimba
air dari sumur
pondok tersebut, lalu
mengisi kolahnya sampai
penuh hingga airnya tumpah, setelah
kolahnya penuh baru mohon
ijin untuk bertemu
Mbah Kyai minta
barokah do’a lalu pamit pulang.
Pernah suatu ketika dalam pengembaraan
beliau di daerah Jombang, dengan berpakaian kotor dan compang camping layaknya
kere (orang fakir) beliau hendak melaksanakan
shalat, beliau mampir ke sebuah masjid berganti pakaian yang suci lalu berwudlu
lalu melaksanakan shalat, seusai shalat beliau dipanggil oleh Mbah Kyai pemilik
pondok, dipersilahkan mampir dirumahnya, ditanya oleh Mbah Kyai tentang hal
keadaannya, dengan penuh tawadlu’ beliau menjawah “belum saatnya menjelaskan
Yai”.
Meskipun banyak yang tidak tahu, secara
pribadi beliau sangat dekat dengan Mbah KH. R. Abdul Fatah Mangunsari, Mbah Kyai Hamid
Pasuruan, Mbah KH. Djazuli Ustman, Mbah KH Mustaqim, dan Kyai sepuh lainnya meskipun beliau-beliau ini termasuk generasi
diatasnya. Beliau juga kenal baik dengan KH Hamim Djazuli (Gus Miek),
Beliau
sangat mengagumi Ulama
Besar pendiri desa Majan,
namanya Mbah KH HASAN MIMBAR beserta dzurriyahnya.
Menurut
Mbah Yunus, Majan
adalah sebuah desa
meskipun kecil tapi
sangat istimewa, dimana
penjajah Belanda maupun
Jepang tidak bisa
menginjakkan kakinya di desa tersebut, meskipun selalu berusaha merebutnya dengan cara perang. Hal
ini berkat kegigihan
Mbah KH Hasan Mimbar beserta
dzurriyahnya bersama masyarakatnya, dalam mempertahankan sejengkal
tanahnya dari rongrongan
penjajah.
Bahkan
menurut Mbah Yunus
juga, Bapak Ir. Soekarno
sang Proklamator Republik Indonesia ketika menyusun
teks Pancasila sangat
terinspirasi dengan desa
Majan, karena masyarakatnya sangat religi,
sangat toleran, saling menolong, persatuannya sangat kuat, dan
faktanya bendera Merah Putih Biru atau
bendera Belanda maupun bendera Matahari Terbit atau
bendera Jepang tidak
pernah berkibar disitu,
sejak berdirinya desa
tersebut. Semasa mudanya
Bung Karno sering
datang mengunjungi Majan.
Saat
muda Mbah Yunus
terlibat langsung pada
peristiwa heroic dalam
mempertahankan kemerdekaan Republik
ini, beliau ikut pertempuran di Surabaya
10 Nopember 1945 melawan tentara sekutu,
beliau mendapat tugas
dari para kyai
untuk merontokkan pesawat
tempur pasukan sekutu
hanya bersenjatakan batu
kecil dan plinthengan (ketepel).
Pada saat peristiwa G30S/PKI/1965, ada
peristiwa menarik dimana para anggota PKI mengadakan acara ketoprak yang bertempat di Balai Rakyat kabupaten Tulungagung, acara ini
diberi judul “Mantine Gusti Allah (Meninggalnya Tuhan Allah)”, seluruh keluarga besar NU terutama
para Anggota Anshor sangat marah, Balai Rakyat akan diserang, namun sementara dicegah oleh Mbah
KH Mustaqim, beliau memerintahkan salah seorang anggota Anshor untuk memanggil pemuda yang berada didalam masjid Majan
untuk bergabung, ternyata yang ada didalam
masjid saat itu hanya Mbah Yunus seorang diri, akhirnya Mbah Yunus datang memenuhi
panggilan Mbah KH
Mustaqim.
Mbah
Yunus melaksanakan ibadah
haji tahun 1990, saat
terjadi Tragedi Terowongan Mina 1990 yang
mengakibatkan sekitar 1.426
orang jemaah haji
meninggal dunia, akibat saling
injak di terowongan Haratul
Lisan, Mina. Saat kejadian
beliau berada didalam
terowongan tersebut posisinya
tepat ditengah-tengah terowongan,
sebelum kejadian Mbah
Yunus sempat mengusulkan
kepada pimpinan kloter
agar jamaah haji dari Tulungagung tidak
melempar jumrah pada
jam itu, usulan itu diterima
namun Mbah Yunus berangkat sendiri.
Atas pertolongan Allah
Jamaah haji asal
Tulungagung selamat dan tidak
ada satupun jamaah
haji yang meninggal
dunia di Arab
Saudi saat itu.
Mbah
Yunus meninggal tahun
1997 di usia 72 th
karena sakit, pemakamannya
hampir bersamaan dengan
prosesi pemakaman Lady
Diana Princess of
Wales istri pertama Pangeran Charles dari
Inggris.
Pesan-pesan yang sering disampaikan
Mbah Yunus :
Beliau selalu mengajarkan
untuk selalu ingat
kepada Allah, kemudian istiqomah
Beliau
selalu mengajarkan untuk selalu
berbuat baik kepada
Allah maupun kepada sesama manusia,
dan juga alam
semesta.
Beliau
mengajarkan untuk selalu berbuat
baik kepada kedua
orang tua dengan sebaik baiknya, dan juga
kepada guru yang
telah membimbingnya.
Dalam
berbuat baik harus
didasari dengan iman kepada Allah
dan ikhlas tanpa
pamrih apapun, semua
hanya karena Allah,
dan dilakukan secara
istiqomah.
Beliau
juga menekankan untuk
selalu optimis dalam
menjalani hidup ini, tidak usah takut, tidak usah
bersedih hati, tidak
usah khawatir, tidak usah
berdukacita. Asalkan kita beriman
kepada Allah dan selalu bertaqwa, kemudian istiqomah, Insya Allah akan mendapat pertolongan dari Allah, hidupnya akan dicukupi, hidupnya selalu mendapat perlindungan dari Allah
swt.
Manusia wajib berusaha semaksimal mungkin,
setelah itu semua diserahkan kapada Allah, karena semua ketentuan ada pada
Allah semata.
Berdo’alah dengan menyebut
Nama-nama Allah (Asma’ul Husna)
Insya Allah akan dikabulkan do'a kita.
Insya Allah akan dikabulkan do'a kita.
Dan
Allah telah berjanji
dalam hal ini, dan janji
Allah adalah benar,
kita harus yaqin.
Beliau berpesan hindarilah hal-hal yang berbau mistis,
karena bisa menyesatkan
dari jalan yang
lurus.
Lebih baik hidup
sebagai manusia biasa sewajarnya.
Beliau berpesan jangan punya keinginan untuk bisa bertemu
Nabi Khidir, apa lagi dengan amalan-amalan maupun wirid-wirid tertentu, dikhawatirkan nanti ada
makhluk yang mengaku
Nabi Khidir seolah-olah membimbingnya padahal akan menyesatkannya.
Berimanlah kepada Allah, bertaqwalah selalu, kerjakanlah amal saleh
kemudian bersabar dan istiqomah. Lalu berharaplah semoga dicintai
Allah, dicintai Rasulullah, dicintai para malaikat, dicintai para Nabi termasuk Nabi Khidir.
Kalau Allah mentaqdirkan bertemu, Allah akan mengutus Nabi Khidir
untuk menemuinya. Dan
Insya Allah nanti akan bertemu dengan Rasulullah diakhirat dan
akan mendapat syafa’at
dari nabi Muhammad saw.
Amiin yaa Robbal ‘aalamiin,